?xml version="1.0" encoding="UTF-8" ?>

Selasa, 27 November 2007

praktikum kelas X bab I

Laboratorium Kimia SMA Don Bosco 2

Praktikum I Kelas X Semester I

2007 / 2008

Lembar Kegiatan Siswa

Judul : “ Peralatan di Laboratorium Kimia ”

Praktikan :

Nomor Absen :

Kelas :

Tanggal :

oleh : Kubzan Tofif Munji

A. Peralatan Dasar

1). Gelas Kimia (beaker) : berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 oC. Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L.

Fungsi :

· Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi

· Menampung zat kimia

· Memanaskan cairan

· Media pemanasan cairan

2). Labu Erlenmeyer : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.

Fungsi :

o Untuk menyimpan dan memanaskan larutan

o Menampung filtrat hasil penyaringan

o Menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi

3). Gelas ukur : berupa gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.

Fungsi :

Untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu

4). Pipet : alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas. Jenisnya :

a) Pipet seukuran : digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat, bagian tengahnya menggelembung.

b) Pipet berukuran : berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya. Berguna untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.

c) Pipet tetes : berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.

5). Buret : berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran di ujungnya. Ukurannya mulai dari 5 dan 10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL dengan skala 0,05 mL.

Fungsi :

Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi.

6). Tabung reaksi : berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran.

Fungsi :

v Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia

v Untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil

7). Kaca arloji : terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter.

Fungsi :

§ Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel

§ Tempat saat menimbang bahan kimia

§ Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator

8). Corong : terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring ke dalam corong tersebut.

Fungsi :

Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.

9). Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan.

10). Mortar dan pestle : terbuat dari porselen, kaca atau batu granit yang dapat digunakan untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia.

11). Spatula : berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel atau alumunium.

Fungsi :

Ø Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan

Ø Dipakai untuk mengaduk larutan

12). Batang pengaduk : terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia.

13). Kawat kasa : kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar.

14). Kaki tiga : besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan.

15). Burner / pembakar spiritus : digunakan untuk memanaskan bahan kimia.

16). Bola hisap : digunakan untuk membantu proses pengambilan cairan. Terbuat dari karet yang disertai dengan tanda untuk menyedot cairan (suction), mengambil udara (aspirate) dan mengosongkan (empty).

17). Neraca analisis : digunakan untuk menimbang padatan kimia.

B. Peralatan Pendukung

1). Labu ukur : berupa labu dengan leher yang panjang dan bertutup; terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena dapat memuai. Ukurannya mulai dari 1 mL hingga 2 L.

Fungsi :

Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan larutan.

Cara menggunakan :

Mengisikan larutan yang akan diencerkan atau padatan yang akan dilarutkan. Tambahkan cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok kemudian penuhkan labu sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara membolak-balikkan labu sampai larutan homogen.

2). Labu bundar : berupa labu dengan leher yang panjang, alasnya ada yang bundar, ada yang rata. Terbuat dari kaca tahan panas pada suhu 120-300 oC.Ukurannya mulai dari 250 mL sampai 2000 mL.

Fungsi :

Untuk memanaskan larutan dan menyimpan larutan.

3). Corong Buchner : berupa corong yang bagian dasarnya berpori dan berdiameter besar. Terbuat dari porselen, plastik atau kaca. Berguna untuk menyaring sampel agar lebih cepat kering. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring yang diameternya sama dengan diameter corong.

4). Erlenmeyer Buchner : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin mengecil, ada lubang kecil yang dapat dihubungkan dengan selang ke pompa vakum. Terbuat dari kaca tebal yang dapat menahan tekanan sampai 5 atm. Ukurannya mulai dari 100 mL hingga 2 L. Dipakai untuk menampung cairan hasil filtrasi.

Cara menggunakannya :

Diawali dengan memasang corong Buchner di leher labu, pasang selang yang tersambung ke pompa vakum pada bagian yang menonjol.

5). Corong pisah : berupa corong yang bagian atasnya bulat dengan lubang pengisi terletak di sebelah atas, bagian bawahnya berkatup. Terbuat dari kaca.

Fungsi :

Untuk memisahkan campuran larutan yang memiliki kelarutan yang berbeda. Biasanya digunakan dalam proses ekstraksi.

Cara menggunakannya :

campuran yang akan dipisahkan dimasukkan lewat lubang atas, katup dalam keadaan tertutup. Pegang tutup bagian atas, corong dipegang dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi horisontal, kocok agar ekstraksi berlangsung dengan baik. Buka tutup bagian atas, keluarkan larutan bagian bawah melalui katup secara pelan. Tutup kembali katup jika larutan lapisan bawah sudah keluar.

6). Desikator : berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline. Ada 2 macam desikator : desikator biasa dan vakum. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang biasa digunakan adalah silika gel.

Fungsi :

§ Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air

§ Mengeringkan padatan

Cara menggunakannya :

o Dengan membuka tutup desikator dengan menggesernya ke samping.

o Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang sama.

Keterangan :

Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika gel sudah berubah menjadi merah muda maka perlu dipanaskan dalam oven bersuhu 105 oC sampai warnanya kembali biru.

7). Cawan petri : berbentuk seperti gelas kimia yang berdinding sangat rendah. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas. Berfungsi sebagai wadah menimbang dan menyimpan bahan kimia, mikrobiologi.

8). Botol semprot : berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik. Berfungsi sebagai tempat menyimpan aquades. Cara menggunakannya dengan menekan badan botol sampai airnya keluar.

9). Krusibel : berupa mangkok kecil yang dilengkapi tutup dan terbuat dari porselen tahan panas, alumina. Dipakai sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia. Pada saat krus masih dalam keadaan panas, jangan langsung dikenai air. Perubahan suhu mendadak menyebabkan krus pecah.

10). Kaki tiga krus : terbuat dari porselen dan berfungsi untuk menaruh krusibel saat akan dipanaskan langsung di atas api.

11). Statif : terbuat dari besi atau baja yang berfungsi untuk menegakkan buret, corong, corong pisah dan peralatan gelas lainnya pada saat digunakan.

12). Klem manice : terbuat dari besi atau alumunium yang berfungsi untuk memegang peralatan gelas yang dipakai pada proses destilasi. Bagian belakangnya dihubungkan dengan statif menggunakan klem bosshead.

13). Klem bosshead : terbuat dari besi atau alumunium yang berfungsi untuk menghubungkan statif dengan klem manice atau pemegang corong.

14). Klem buret : terbuat dari besi atau baja untuk memegang buret yang digunakan untuk titrasi.

15). Pemegang corong : terbuat dari besi atau baja untuk memegang corong atau corong pisah yang dipakai pada proses penyaringan atau pemisahan. Bagian belakang disambungkan dengan statif menggunakan klem bosshead.

16). Tang krusibel : terbuat dari besi atau baja untuk mengambil dan membawa krusibel.

17). Stirrer magnetic : magnet yang digunakan untuk mengaduk larutan.

18). Sentrifuge : berfungsi untuk mengendapkan dan memisahkan padatan dari larutan.

19). Chromatography chamber : terbuat dari kaca yang digunakan dalam proses kromatografi kertas.

20). Spectronic 20 : digunakan untuk mengukur absorbansi larutan berwarna dalam proses spektrofotometri.

C. Teknik Dasar di Laboratorium

1. Cara memanaskan cairan

Harus memperhatikan kemungkinan terjadinya bumping (meloncatnya cairan akibat peningkatan suhu drastis). Cara mencegahnya dengan menambahkan batu didih ke dalam gelas kimia.

a. Pemanasan cairan dalam tabung reaksi

o Jangan sampai mengarahkan mulut tabung reaksi kepada praktikan baik diri sendiri maupun orang lain

o Jepit tabung reaksi pada bagian dekat dengan mulut tabung

o Posisi tabung ketika memanaskan cairan agak miring, aduk dan sesekali dikocok

o Pengocokan terus dilakukan sesaat setelah pemanasan

b. Pemanasan cairan dalam gelas kimia dan labu Erlenmeyer

Bagian bawah dapat kontak langsung dengan api sambil cairannya digoyangkan perlahan, sesekali diangkat bila mendidih.

2. Cara membaca volume pada gelas ukur

Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai skala yang diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur tersebut adalah garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan. Meniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas ukur.

3. Cara menggunakan buret

Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara mengisinya :

Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari bagian atas menggunakan corong gelas. Jangan mengisi buret dengan posisi bagian atasnya lebih tinggi dari mata kita. Turunkan buret dan statifnya ke lantai agar jika ada larutan yang tumpah dari corong tidak terpercik ke mata. Jangan sampai ada gelembung yang tertinggal di bagian bawah buret. Jika sudah tidak ada gelembung, tutup kran. Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran sedikit untuk mengatur cairan agar tepat pada skala nol.

4. Cara menggunakan neraca analitis

· Nolkan terlebih dulu neraca tersebut

· Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan

· Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca

· Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut

5. Cara menghirup bau zat

Ingat : Jangan pernah menghirup gas atau uap senyawa secara langsung!

Gunakan tangan dengan mengibaskan bau sedikit sampel gas ke hidung.

kimia kelas X bab 3

BAB 3

SISTEM PERIODIK UNSUR-UNSUR
oleh : Kubzan Tofif SMA N 1 Mijen



1). Pengelompokan atas dasar Logam dan Non Logam

v Dikemukakan oleh Lavoisier

v Pengelompokan ini masih sangat sederhana, sebab antara unsur-unsur logam sendiri masih terdapat banyak perbedaan.

2). Hukum Triade Dobereiner

Ø Dikemukakan oleh Johan Wolfgang Dobereiner (Jerman).

Ø Unsur-unsur dikelompokkan ke dalam kelompok tiga unsur yang disebut Triade.

Ø Dasarnya : kemiripan sifat fisika dan kimia dari unsur-unsur tersebut.

Jenis Triade :

  1. Triade Litium (Li), Natrium (Na) dan Kalium (K)

Unsur

Massa Atom

Wujud

Li

6,94

Padat

Na

22,99

Padat

K

39,10

Padat

Massa Atom Na (Ar Na) = = 23,02

  1. Triade Kalsium (Ca), Stronsium (Sr) dan Barium (Ba)
  2. Triade Klor (Cl), Brom (Br) dan Iod (I)

3). Hukum Oktaf Newlands

v Dikemukakan oleh John Newlands (Inggris).

v Unsur-unsur dikelompokkan berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya (Ar).

v Unsur ke-8 memiliki sifat kimia mirip dengan unsur pertama; unsur ke-9 memiliki sifat yang mirip dengan unsur ke-2 dst.

v Sifat-sifat unsur yang ditemukan berkala atau periodik setelah 8 unsur disebut Hukum Oktaf.

H

Li

Be

B

C

N

O

F

Na

Mg

Al

Si

P

S

Cl

K

Ca

Cr

Ti

Mn

Fe

Berdasarkan Daftar Oktaf Newlands di atas; unsur H, F dan Cl mempunyai kemiripan sifat.

4). Sistem Periodik Mendeleev (Sistem Periodik Pendek)

ü Dua ahli kimia, Lothar Meyer (Jerman) dan Dmitri Ivanovich Mendeleev (Rusia) berdasarkan pada prinsip dari Newlands, melakukan penggolongan unsur.

ü Lothar Meyer lebih mengutamakan sifat-sifat kimia unsur sedangkan Mendeleev lebih mengutamakan kenaikan massa atom.

ü Menurut Mendeleev : sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Artinya : jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat tertentu akan berulang secara periodik.

ü Unsur-unsur yang memiliki sifat-sifat serupa ditempatkan pada satu lajur tegak, disebut Golongan.

ü Sedangkan lajur horizontal, untuk unsur-unsur berdasarkan pada kenaikan massa atom relatifnya dan disebut Periode.

5). Sistem Periodik Modern (Sistem Periodik Panjang)

· Dikemukakan oleh Henry G Moseley, yang berpendapat bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya.

· Artinya : sifat dasar suatu unsur ditentukan oleh nomor atomnya bukan oleh massa atom relatifnya (Ar).

B. PERIODE DAN GOLONGAN DALAM SPU MODERN

1). Periode

  • Adalah lajur-lajur horizontal pada tabel periodik.
  • SPU Modern terdiri atas 7 periode. Tiap-tiap periode menyatakan jumlah/banyaknya kulit atom unsur-unsur yang menempati periode-periode tersebut.

Nomor Periode = Jumlah Kulit Atom


Jadi :

  • Jumlah unsur pada setiap periode :

Periode

Jumlah Unsur

Nomor Atom ( Z )

1

2

1 – 2

2

8

3 – 10

3

8

11 – 18

4

18

19 – 36

5

18

37 – 54

6

32

55 – 86

7

32

87 – 118

Catatan :

a) Periode 1, 2 dan 3 disebut periode pendek karena berisi relatif sedikit unsur

b) Periode 4 dan seterusnya disebut periode panjang

c) Periode 7 disebut periode belum lengkap karena belum sampai ke golongan VIII A.

d) Untuk mengetahui nomor periode suatu unsur berdasarkan nomor atomnya, Anda hanya perlu mengetahui nomor atom unsur yang memulai setiap periode

  • Unsur-unsur yang memiliki 1 kulit (kulit K saja) terletak pada periode 1 (baris 1), unsur-unsur yang memiliki 2 kulit (kulit K dan L) terletak pada periode ke-2 dst.

Contoh :

9F : 2 , 7 periode ke-2

12Mg : 2 , 8 , 2 periode ke-3

31Ga : 2 , 8 , 18 , 3 periode ke-4

2). Golongan

ü Sistem periodik terdiri atas 18 kolom vertikal yang disebut golongan

ü Ada 2 cara penamaan golongan :

a) Sistem 8 golongan

Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan yaitu golongan utama (golongan A) dan 8 golongan transisi (golongan B).

b) Sistem 18 golongan

Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 18 golongan yaitu golongan 1 sampai 18, dimulai dari kolom paling kiri.

ü Unsur-unsur yang mempunyai elektron valensi sama ditempatkan pada golongan yang sama.

ü Untuk unsur-unsur golongan A sesuai dengan letaknya dalam sistem periodik :



Nomor Golongan = Jumlah Elektron Valensi


ü Unsur-unsur golongan A mempunyai nama lain yaitu :

a. Golongan IA = golongan Alkali

b. Golongan IIA = golongan Alkali Tanah

c. Golongan IIIA = golongan Boron

d. Golongan IVA = golongan Karbon

e. Golongan VA = golongan Nitrogen

f. Golongan VIA = golongan Oksigen

g. Golongan VIIA = golongan Halida / Halogen

h. Golongan VIIIA = golongan Gas Mulia

C. SIFAT-SIFAT PERIODIK UNSUR

Meliputi :

1). Jari-Jari Atom

Ø Adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron di kulit terluar.

Ø Besarnya jari-jari atom dipengaruhi oleh besarnya nomor atom unsur tersebut.

Ø Semakin besar nomor atom unsur-unsur segolongan, semakin banyak pula jumlah kulit elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari atomnya.

Jadi : dalam satu golongan (dari atas ke bawah), jari-jari atomnya semakin besar.

Ø Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), nomor atomnya bertambah yang berarti semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap. Akibatnya tarikan inti terhadap elektron terluar makin besar pula, sehingga menyebabkan semakin kecilnya jari-jari atom.

Jadi : dalam satu periode (dari kiri ke kanan), jari-jari atomnya semakin kecil.

2). Jari-Jari Ion

v Ion mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata (signifikan) jika dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya.

v Ion bermuatan positif (kation) mempunyai jari-jari yang lebih kecil, sedangkan ion bermuatan negatif (anion) mempunyai jari-jari yang lebih besar jika dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya.

3). Energi Ionisasi ( satuannya = kJ.mol-1 )

ü Adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam wujud gas untuk melepaskan satu elektron sehingga membentuk ion bermuatan +1 (kation).

ü Jika atom tersebut melepaskan elektronnya yang ke-2 maka akan diperlukan energi yang lebih besar (disebut energi ionisasi kedua), dst.

EI 1<>

ü Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), EI semakin kecil karena jari-jari atom bertambah sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil. Akibatnya elektron terluar semakin mudah untuk dilepaskan.

ü Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar/kuat. Akibatnya elektron terluar semakin sulit untuk dilepaskan.

4). Afinitas Elektron ( satuannya = kJ.mol-1 )

o Adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom netral dalam wujud gas apabila menerima sebuah elektron untuk membentuk ion negatif (anion).

o Semakin negatif harga afinitas elektron, semakin mudah atom tersebut menerima/menarik elektron dan semakin reaktif pula unsurnya.

o Afinitas elektron bukanlah kebalikan dari energi ionisasi.

o Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga afinitas elektronnya semakin kecil.

o Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga afinitas elektronnya semakin besar.

o Unsur golongan utama memiliki afinitas elektron bertanda negatif, kecuali golongan IIA dan VIIIA.

o Afinitas elektron terbesar dimiliki golongan VIIA.

5). Keelektronegatifan

· Adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam molekul suatu senyawa (dalam ikatannya).

· Diukur dengan menggunakan skala Pauling yang besarnya antara 0,7 (keelektronegatifan Cs) sampai 4 (keelektronegatifan F).

· Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan besar, cenderung menerima elektron dan akan membentuk ion negatif.

· Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan kecil, cenderung melepaskan elektron dan akan membentuk ion positif.

· Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga keelektronegatifan semakin kecil.

· Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga keelektronegatifan semakin besar.

6). Sifat Logam dan Non Logam

o Sifat logam dikaitkan dengan keelektropositifan, yaitu kecenderungan atom untuk melepaskan elektron membentuk kation.

o Sifat logam bergantung pada besarnya energi ionisasi ( EI ).

o Makin besar harga EI, makin sulit bagi atom untuk melepaskan elektron dan makin berkurang sifat logamnya.

o Sifat non logam dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan atom untuk menarik elektron.

o Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), sifat logam berkurang sedangkan sifat non logam bertambah.

o Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), sifat logam bertambah sedangkan sifat non logam berkurang.

o Unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah dalam sistem periodik unsur, sedangkan unsur non logam terletak pada bagian kanan-atas.

o Unsur yang paling bersifat non logam adalah unsur-unsur yang terletak pada golongan VIIA, bukan golongan VIIIA.

o Unsur-unsur yang terletak pada daerah peralihan antara unsur logam dengan non logam disebut unsur Metaloid ( = unsur yang mempunyai sifat logam dan sekaligus non logam ). Misalnya : boron dan silikon

7). Kereaktifan

§ Kereaktifan bergantung pada kecenderungan unsur untuk melepas atau menarik elektron.

§ Unsur logam yang paling reaktif adalah golongan IA (logam alkali).

§ Unsur non logam yang paling reaktif adalah golongan VIIA (halogen).

§ Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), mula-mula kereaktifan menurun, kemudian semakin bertambah hingga golongan VIIA.

§ Golongan VIIIA merupakan unsur yang paling tidak reaktif.